Monday, August 1, 2011

Perut Tua

Pernah terlintas untuk menjadi pencoret sastera, aku jadikan sajak sebagai wadah untuk mengintrepretasikan apa yang aku rasa. Entri kali ini aku tampilkan apa yang aku katakan sebagai  "Jeritan Anak Tekak".

Lantera Jingga :
Nama yang ingin aku gunakan sebagai nama pena bila aku menjadi penulis sastera suatu hari nanti...

PERUT TUA

Rembes angin di senja merah,
Ketika sayup air hujan menyimbah perut bumi
Berdiri seorang tua
Mengais merintih pada dasar tanah
Mencakar isi rimba
Harapan yang tinggi menggunung
Mengalas perut yang tipis, perut tua.

Sayu terkenang di wajah tua
Senyum anak jauh dimata
Kelopak mutiara puas diperah
Meluncur sudah tidak bermaya
Kini tinggal hanya secebis
Keringat lesu yang pekat menitis
Di lengan urat belikat kasar.

Ramadhan menjengah, terhimpun kesempurnaan barakah
Menyatukan keluhan insan
Kota bata dan desa rimba
Namun tidak pada si tua
Anak keluar, masih tidak tentu
Masa pulangnya ke riba ayah.

Bukan duit atau busana yang dia pinta
Hanya cebis kasih yang sudah pudar
Rindu telapak mulus si anak
Mengusir tangisnya ketika musibah.

Marhaban, ya Ramadhan…
Hampir sedekad si tua menanti di jendela
Harapan tetap sama
Agar si anak pulang berbuka
Mencari barakah nikmat berkeluarga
Mencari pudarnya kasih bernama cinta…

Senja melabuh tirai indahnya,
Mengizinkan purnama menyimbah alam
Bersuapkan nasi sejuk
Dan garam sisa.
Meneruskan harapan menanti cinta
Pulang mengucup dahi kedutnya.

Sayangilah Ibu dan Bapa semasa Hayatnya...

No comments:

Post a Comment