Pernah terlintas untuk menjadi pencoret sastera, aku jadikan sajak sebagai wadah untuk mengintrepretasikan apa yang aku rasa. Entri kali ini aku tampilkan apa yang aku katakan sebagai "Jeritan Anak Tekak".
Lantera Jingga :
Nama yang ingin aku gunakan sebagai nama pena bila aku menjadi penulis sastera suatu hari nanti...
Nama yang ingin aku gunakan sebagai nama pena bila aku menjadi penulis sastera suatu hari nanti...
PERUT TUA
Rembes angin di senja merah,Ketika sayup air hujan menyimbah perut bumiBerdiri seorang tuaMengais merintih pada dasar tanahMencakar isi rimbaHarapan yang tinggi menggunungMengalas perut yang tipis, perut tua.
Sayu terkenang di wajah tuaSenyum anak jauh dimataKelopak mutiara puas diperahMeluncur sudah tidak bermayaKini tinggal hanya secebisKeringat lesu yang pekat menitisDi lengan urat belikat kasar.
Ramadhan menjengah, terhimpun kesempurnaan barakahMenyatukan keluhan insanKota bata dan desa rimbaNamun tidak pada si tuaAnak keluar, masih tidak tentuMasa pulangnya ke riba ayah.
Bukan duit atau busana yang dia pintaHanya cebis kasih yang sudah pudarRindu telapak mulus si anakMengusir tangisnya ketika musibah.
Marhaban, ya Ramadhan…Hampir sedekad si tua menanti di jendelaHarapan tetap samaAgar si anak pulang berbukaMencari barakah nikmat berkeluargaMencari pudarnya kasih bernama cinta…
Senja melabuh tirai indahnya,Mengizinkan purnama menyimbah alamBersuapkan nasi sejukDan garam sisa.Meneruskan harapan menanti cintaPulang mengucup dahi kedutnya.
Sayangilah Ibu dan Bapa semasa Hayatnya...
No comments:
Post a Comment